• Posted by : drh.ires92 Selasa, Oktober 22, 2013

    1. PENDAHULUAN
    Johne’s Disease atau Paratuberkulosis adalah penyakit mycobacterial pada sapi yang disebabkan oleh Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis (MAP), Penyakit ini, pertama kali ditemukan pada sapi perah oleh  Dr. Heinrich A. Johne pada tahun 1895, di Jerman. Sehingga dikenal dengan nama ”Johne’s Disease”/ JD yang hingga saat ini penyebarannya sudah meluas di berbagai belahan dunia.
    Gejala klinik pada stadium akhir berupa diare kronik dan kehilangan berat badan. Gejala tersebut baru muncul setelah sapi berumur dua sampai 10 tahun, meskipun infeksinya terjadi sejak anak sapi dilahirkan (nepnatal).
    1. ETIOLOGI
    Penyebab penyakit ini adalah Mycobacterium johnei atau disebut M. paratuberculosis, M. enteriditis, Bacillus tuberculosis, Bacterium tuberculosis atau Tubercle bacillus.
    Bakteri ini berbentuk basilus berukuran 0,5 x 1,5 mikron dan termasuk dalam bakteri gram positif, fakultatif dan tahan asam. Pada media pertumbuhan, koloninya adalah putih, jelas dan mengkilap.
    1. PENULARAN
    Penularannya pada anak  sapi umumnya melalui kotoran (feses) hewan sakit  yang mengandung bakteri yang menempel pada puting susu induk atau melalui pakan yang terkontaminasi feses yang mengandung MAP. Bakteri diekskresikan lewat kolostrum dan susu, sehingga dapat menginfeksi anak sapi sejak periode neonatal.
    1. PATOGENESIS
    Pada kejadian infeksi yang menahun (kronis), bagian distal usus kecil (ileum) merupakan tempat bersarangnya bakteri MAP, dengan demikian pada bagian usus ini terdapat bakteri yang kepadatannya paling tinggi. Lokasi sekunder bersarangnya MAP adalah Iimfoglandula menseterika, sedangkan sebagai lokasi tersier adalah hati, limpa dan  Iimfoglandula  lainnya. Secara persisten MAP menetap pada ileum dan  Iimfoglandula  menseterika hingga berbulan-bulan, meskipun belum atau sedikit mengeluarkan  mycobacteria dalam fesesnya dan selama sembilan bulan pertama infeksi, respon antibodi humoral belum dapat dideteksi.
    1. GEJALA KLINIS
    Gejala spesifik pada sapi berupa  kehilangan bobot badan (meskipun nafsu makannya normal), diare, produksi susu menurun. Hewan dapat terinfeksi sebelum umur enam bulan melalui makanan atau susu yang terkontaminasi MAP.
    Pada sapi dapat mengakibatkan enteritis, peradangan usus kecil yang mengakibatkan penebalan dan  pelipatan dingin usus hewan yang terinfeksi. Diagnosis penyakit didasarkan pada sejarah penyakit, pemeriksaan klinik dan hasil nekropsi yang diperkuat dengan pemeriksaan laboratorik.
    1. DIAGNOSA
    Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan gejala klinis seperti diare dan oedema intermandibula dan penurunan produksi susu.
    Pemeriksaan bakteriologis dari tinja, uji alergi yang analog dengan uji tuberculin untuk tuberkulosis. Biofsi kelenjar limfe mesentrika dengan melakukan laparotomi untuk mengeluarkan kelenjar limfe kemudian dilakukan pemeriksaan FAT dan pemeriksaan mikroskopis. Fragmen DNA bakteri dapat diamplifasi dengan PCR, selanjutnya antibodi dideteksi dengan ELISA, AGP dan CFT.
    1. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
    Kandang harus dijaga tetap bersih dan yang tercemar dapat melakukan desinfeksi kandang. Hewan yang terserang biasanya resisten terhadap antibiotika dan kemoterafi lainnya. Oleh karena itu pengobatan adalah tidak efektif.

    Vaksinasi untuk pencegahan dapat dilakukan menggunakan vaksin inaktif dari bakteri M. paratuberkulosis yang tidak ganas dengan menyuntikkan di bawah kulit atau menggunakan vaksin aktif yang disuntikkan di bawah kulit leher. Pada pedet disuntik pada umur kurang dari 1 bulan.

    { 2 komentar... read them below or Comment }

    1. Penyakit ini sudah mulai menginfeksi manusia "penyakit crohns".

      BalasHapus
      Balasan
      1. karena penyebabnya bakteri, menurut saya dapat menginfeksi manusia jg kakak...

        Hapus

  • Copyright © - Dokumen Pribadi Seorang Dokter Sapi

    Dokumen Pribadi Seorang Dokter Sapi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan