- Home>
- kedokteran hewan >
- cystotomi
Posted by : drh.ires92
Kamis, Oktober 17, 2013
Latar Belakang
Cystotomi adalah operasi membuka kantong kencing
(vesika urinari). Vesica urinaria merupakan organ musculer berongga yang ukuran
dan posisinya tergantung pada jumlah urine didalamnya. Ditinjau dari jenis kelamin, hewan
jantan memiliki kecenderungan untuk menjalani operasi cystotomi. Anatomi
saluran kelamin pada hewan jantan yang berbentu huruf `S` yang disebut plexure sigmoidea merupakan faktor
pendukung pembentukan sistik kalkuli. Disamping itu pemberian makanan yang
mengandung protein tinggi dapat juga mendorong pembentukan sistik kalkuli. Cystotmy dilakukan terutama untuk mengeuarkan
kalkuli yang ada pada kantong kencing, tumor, trauma akibat kecelakaan atau
tertusuk oleh benda runcing dan untuk tujuan biopsi.
2.1 Cystotomy
Cystotomy adalah operasi membuka kantong kencing
(vesika urinari). Vesica urinaria merupakan organ musculer berongga yang ukuran
dan posisinya tergantung pada jumlah urine didalamnya. Pada keadaan kosong
vesica urinaria mempunyai struktur berdinding tebal, berbentuk seperti buah pir
yang terletak diatas pelvis. Peritonium menutupi bagian cranial dari vesica
urinaria, bagian caudal ditutupi oleh fascia pelvis. Vesica urinaria disuplai
oleh arteri-arteri yang berasal dari arteri pudenda, cabang dari arteri
obturatoria dan arteri umbilikalis.
Vesica urinaria dibagi menjadi bagian leher
atau cervic vesicae yang dihubungkan dengan urethra, bagian cranial yang tumpul
atau fundus vesicae dan badan vesika urinaria atau corpus vesicae Urin pada
vesica urinaria diperoleh dari ginjal melewati ureter yang kemudian disimpan,
setelah disimpan urin dikeluarkan melewati urethra. Pengeluaran urin dari vesica urinaria disebut
mixturisi. Mixturisi merupakan aktivitas yang dirangsang oleh terjadinya
distensi vesica urinaria karena masuknya urin melalui ureter. Vesica urinaria
akan beraksi terhadap masuknya urin secara bertahap sampai tekanannya cukup
tinggi untuk merangsang pusat reflek yang terdapat di dalam corda spinalis. Hal
ini akan menyebabkan timbulnya kontraksi dinding vesica urinaria melalui
saraf-saraf parasimpatik sacral. Reflek mengosongkan vesica urinaria dicegah
oleh kontrol volunter dari spincter eksternal yang mengelilingi leher vesica
urinaria tersebut.
Cystotmy dilakukan terutama
untuk mengeuarkan kalkuli yang ada pada kantong kencing, tumor, trauma akibat
kecelakaan atau tertusuk oleh benda runcing dan untuk tujuan biopsi. Cystotomy juga dapat
dilakukan untuk pengangkatan kistik uretra dan calculi, identifikasi dan biopsi
dari bentukan lesi, perbaikan ureter ektopik, atau diagnosis infeksi saluran
kemih resisten terhadap pengobatan.(
Abass et al., 2011). Sebelum dilakukan cystotomy perlu
evaluasi kondisi umum pasien dan adanya tanda-tanda uremia.
2.2 Indikasi Dilakukan
Cystotomi
Indikasi cystotomy adalah sebagai
tindakan pengobatan saluran perkencingan seperti tumor, batu kencing, dan
jendolan darah paba vesica urinaria. Cystotomy dilakukan untuk memperbaiki
kerusakan pada saluran urin. Sebelum dilalukan cystotomy terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi dan radiografi untuk meneguhkan diagnose
penyakit.Resiko dari cystotomy antara lain bleeding (perdarahan), infeksi
postoperasi, dan urine leakage (Anonim, 2007).
Gangguan terhadap vesica urinaria dapat
terjadi karena adanya endapan garam-garam fosfat, oksalat, cystin dan urat pada
vesica urinaria. Pertumbuhan jaringan yang abnormal pada dinding vesica
urinaria juga akan merangsang terbentuknya tumor atau neoplasma yang akan
mengganggu fungsi vesica urinaria sebagai penampung urin. Kondisi seperti
itulah yang mendorong untuk dilakukannya cystotomi (Martin, 2007).
Komplikasi yang umum terjadi biasanya
berupa pendarahan, infeksi post-operasi, keluarnya urin yang tidak dapat
terkontrol, dan dehisensi (terbukanya luka kembali). Secara keseluruhan
komplikasi jarang terjadi, akan tetapi komplikasi yang serius dapat menyebabkan
kematian sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut. Dalam kasus yang jarang
terjadi, kandung kemih mungkin tidak sembuh dengan baik setelah cystotomy dan
urin mungkin mulai bocor ke perut. Jika hal ini terjadi hewan peliharaan
mungkin mulai merasa kurang nyaman dan menunjukan tanda-tanda berupa perut yang
buncit. Jika hewan tidak membaik setelah operasi atau mulai merasa buruk (nafsu
makan berkurang, lesu) segera lakukan pemeriksaan untuk menguatkan diagnosa
penyebab infeksi atau gangguan. Jika sudah bisa dipastikan bahwa kandung kemih
bocor, maka bisa segera dilakukan operasi untuk memperbaiki (Martin, 2007).
3.1 Pra Operasi
Sebelum tindakan operasi dilaksanakan, hewan
terlebih dahulu dilakukan anamnese, pemeriksaan fisik umum seperti complete
blood count (CBC), test biokimia serum, urinalysis dan EKG. Selain itu
radiograph (x-ray) atau abdominal ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui
penyebab penyakit, dan dipuasakan. Karena melibatkan pembukaan cavum abdominal,
hewan harus diberikan anestesi umum (inhalasi) atau anestesi epidural, sebelum
dilakukan operasi. Anastesi umum dibutuhkan dalam operasi ini untuk membuat
hewan tidak sadar, control lengkap terhadap rasa sakit, dan relaksan otot.
Selain itu anastesi perlu dijaga dengan memberikan isoflourance + oksigen 100%
melalui selang.
3.2 Premedikasi dan Anesthesi
Premedikasi merupakan suatu
tindakan pemberian obat sebelum pemberian anestesi yang dapat menginduksi
jalannya anestesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anestesi di
lakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi kecemasan, memperlancar
induksi, mengurangi keadaan gawat anestesi, mengurangi timbulnya hipersalivasi,
bradikardia dan muntah selama anestesi. Pada kasus operasi cystotomi
premedikasi dapat dilakukan dengan pemberian
metadon 0.2 mg/kg IM. Sebelum dilakukan pre anesthesia anjing dipuasakan
semalam. Setelah dilakukan premedikasi selang beberapa menit baru dilakukan
anesthesia.
Anestesi yaitu hilangnya rasa sakit. Anestesi
yang digunakan adalah anestesi umum (anestesi inhalasi) atau dengan anestesi
epidural.. Pemilihan obat anestesi umum harus didasarkan atas beberapa
pertimbangan, yaitu jenis operasi, lamanya operasi, temperamen hewan,
fisiologis hewan dan spesies hewan. Pada pelaksanaan pembedahan obat anesthesia
umum yang lebih sering dipakai dalam bentuk kombinasi dari pada tunggal, karena
pemberian secara tunggal relatif tidak diperoleh hasil yang memuaskan. Anesthesi
umum dapat dilakukan dengan pemberian Isoflurance pada oksigen atau secara inhalasi.
3.3 Teknik operasi
Hewan disiapkan secra aseptik untuk
pembedahan dengan pendekatan insisi pada garis median posterior abdomen.
Setelah hewan teranestesi, hewan dibaringkan dengan posisi rebah dorsal dan
selanjutnya dipasangi kain penutup operasi (drap).
Gambar 1. Pemasangan drap dan pembedahan pada vesica
urinaria.
Insisi dilakukan pada garis median
posterior abdomen berturut-turut insisi pada kulit, jaringan subkutan, linea
alba. Tepi memudahkan identifikasi ke-caudal sehingga yang dinsisi nantinya
adalah permukaan bagian dorsal dari kantong kencing. Pasang jahitan stay
suture pada kedua sisi lateral dari kantong kencing untuk memudahkan insisi
pada kantong kencing. Apabila kantong kencing penuh berisi urin perlu dilkukan
aspirasi unrin agar tidak tumpah kedalam rongga abdomen. Insisi kantong kencing
dilakukan pada daerah avacularisasi. Setelah kantong kencing dibuka,
selanjutnya dilakukan sesuai dengan tujuan operasinya.
Bilamana ada kalkuli lakukan pengeluaran
kalkuli seluruhnya. Katerisasi perlu dilakukan dari urethra untuk mendorong
kalkuli masuk kedalam kantong kencing. Bilas kantong kencing sampai bersi
dengan menggunakan NaCl fisiologis. Bila akibat trauma pada kantong kencing
perlu dibuat luka baru pada kantong kencing sebelum dilakukan penjahitan.
Penutupan pada kantong kencing dilakukan dengan dua lapis jahitan sederhana
menerus dan dibantu dengan jahitan pola lemberi menerus menggunakan
benang chromic catgut 3-0. Dinidng abdomen ditutup berturut-turut dari
linea laba dengan benang vicryl 2-0 dengan pola sederhana terputus,
jaringan subkutan dijahit dengan pola sederhana menerus menggunakan benang plain
catgut 3-0 atau 2-0 dan kulit luar dijahit dengan benang non absorbable
pola sederhana terputus.
3.4 Pascaoperasasi
Pada prinsipnya hampir sama dengan nephrotomy,
dimana produksi urin terus dimonitor dengan disertai pemberian cairan infuse
Ringer Laktat. Analisis kalkuli perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
kalkuli ulangan. Untuk memberikan kenyamanan pada hewan, biasanya diberikan
obat anti-inflamasi atau anti nyeri (analgesik), seperti fentanyl (2-5
mg/kg/jam) dalam infuse sangat efektif untuk mengurangi sakit selama beberapa
hari setelah operasi dan antibiotic juga diberikan sehari 3 kali selama 5 hari
atau lebih sampai tidak terjadi infeksi. Seringkali dilakukan pemasangan
kateter selama 1-3 hari. Luka tempat incise harus dijaga kebersihannya dengan memberikan antiseptika setiap hari.
Terapi penunjang bisa diberikan untuk mempercepat proses kesembuhan, seperti:
membatasi gerak yang berlebihan untuk menjaga jahitan tidak lepas. Jika hewan
peliharaan mengalami batu di kandung kemih atau uretra, maka perlu dilakukan
diet. Diet bisa bervariasi berdasarkan jenis spesifik batu yang terdapat dalam
batu ginjal. Amati sayatan dua kali sehari jika terjadi kemerahan, pembengkakan
atau radang dari luka insisi. Perhatikan warna urin dan apakah tampaknya
menjadi darah-biruan. Juga memperhatikan apakah pada saat hewan buang air kecil
tampaknya mudah atau sulit. Jika terjadi komplikasi segera lakukan tindakan.
Jahitan pada kulit biasanya sudah bisa dibuka 7-14 hari setelah operasi.
DAFTAR PUSTAKA
ALLEN, P.D. Anesthesia for
minimally invasive surgery. In: LOUGHLIN K.R.; BROOKS D.C. (Eds). Principles of
endosurgery. Cambridge: Backwell Science, 1996. p.54-71.
GRAUER, G.F.; TWEDT, D.C.;
MERO, K.N. Evolution of laparoscopic for obtaining renal biopsy specimens from
dogs and cats. J. Am. Vet. Med. Assoc., v.183, p.677- 679, 1983.
Howe L.M., Boothe H.W. Jr.
(2002). Diagnosing and treating portosystemic shunts in dogs and cats. Veterinary
Medicine 97, 448-459.
Jones R.S. (2001). Epidural
analgesia in the dog and cat. The Veterinary Journal 161, 123-131.
Klide A.M. (1976).
Cardiopulmonary effects of enflurane and isoflurane in the dog. American
Journal of Veterinary Research 37, 127-131.
RAWLINGS, C.A.; MAHAFFEY,
M.B.; BARSANTI, J.A. et al. Use of laparoscopicassisted cystoscopy for removal
of urinary calculi in dogs. J. Am. Vet. Med. Assoc., v.222, p.759-761,
2003.
RUDD, R.G.; HENDRICKSON,
D.A. Minimally invasive surgery of the urinary system. In: FREEMAN, L.J. (Ed.).
Veterinary endosurgery. St. Louis: CV Mosby, 1998. p.226-236.
Related Posts :
kedokteran hewan