• Posted by : drh.ires92 Minggu, Januari 04, 2015



    Oesophagostomiasis merupakan penyakit cacing bungkul yang disebabkan oleh infeksi cacing dari genus Oesophagostomum. Penyakit ini tersebar diseluruh dunia bahkan juga menginfeksi sapi, domba, dan kambing. Spesies cacing yang menginfeksi kambing dan sapi tidak menimbulkan ancaman bagi babi. Cacing ini merupakan parasit internal yang umum ditemukan pada kolon babi dan sering menginfeksi babi yang tidak dikandangkan atau dilepas di padang rumput. Infeksi terjadi pada semua kelompok umur babi tetapi mungkin lebih rentan pada babi umur tiga bulan.
    Spesies cacing yang menyerang babi adalah Oesophagostomum dentatum dan Oesophagostomum quadrispinulatum. Cacing ini berukuran panjang 14-22 mm dengan capsul bukal silindris, terdapat dua mahkota daun/corona radiata. Disebut cacing noduler karena dapat membentuk nodul pada usus halus hewan. Siklus hidup cacing ada 2 tahap yaitu tahap non-parasit terdiri dari telur, L1, L2 dapat bertahan hidup pada rumput selama satu tahun kemudian dilanjutkan tahap parasit dimana dari L3 yang dimakan menembus mukosa sekum dan kolon, kemudian menjadi L4 dan kembali ke lumen usus setelah 6-20 hari atau secara jelasnya siklus hidup cacing terdiri atas host – telur – L1 – L2 –L3 (inf) – makanan – host – usus halus – muscularis mukosa usus – larva dalam nodul – lumen usus halus – migrasi ke kolon.
    Patogenesisnya tertelan Larva tiga (L3) kemudian menembus dinding usus halus menyebabkan pendarahan ptekie dan iritasi mukosa. Sebagaian besar larva menembus ke dasar mukosa dan menghancurkan bagian dari muskularis mukosa. Parasit kemudian diam di mukosa dan submukosa usus. Larva yang ada di dinding usus merangsang terjadinya reaksi inflamasi yang mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas. Edema inflamasi dengan penebalan mukosa dan trombosis limfatik sering terjadi. Nodul terbentuk akibat reaksi kekebalan dari host dan ketika nodul pecah akan memicu terjadi anemia dan larva kembali ke lumen usus. Infeksi sekunder dari nodul sering terjadi.
    Umumya gejala yang ditimbulkan bersifat asimptomatis dan sering di sembunyikan oleh kasus ascariasis. Babi yang terinfeksi berat mungkin menunjukkan gejala diare, penurunan berat badan, dan defisiensi nutrisi. Anemia dan hipoproteinemia juga terjadi. Kematian jarang terjadi. Lesi yang ditimbulkan antara lain terjadi penebalan dan edema pada dinding usus dan nodul berukuran 20 mm yang tersebar di lapisan mukosa dan submukosa sekum dan usus besar. Nodul sering mengandung debris nekrotik. Lesi dapat dikelirukan dengan kejadian penyakit dilated lymphoglandular complexes yang umum di usus babi dengan enteritis kronis akibat infeksi bakteri.
    Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan feses untuk melihat telur cacing. Telur oesophastomum berukuran 70-76 × 36-40 mm. Selain itu dapat juga dilakukan pada pemeriksaan postmortem. Nodul pada usus besar dan usus halus serta adanya cacing dewasa dalam lumen dapat dengan mudah dikenali. Lesi harus dibedakan dari abses lyphoglandular dan Hyostrongylus rubidus. 


    Telur cacing Oesophastomum


    Infeksi cacing nodular biasanya dikendalikan oleh penggunaan anthelmintics (Piperazine, Albendazole, Ivomec). Pencegahannya babi harus dikandangkan dan jangan dibiarkan merumput atau bebas di alam liar. Selain itu kontrol terhadap pengolahan tanah sekitar kandang agar rumput yanbg tumbuh terhindar dari infestasi larva cacing.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - Dokumen Pribadi Seorang Dokter Sapi

    Dokumen Pribadi Seorang Dokter Sapi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan