Archive for 2014
ENCEPHALOMALACIA
0
Defisiensi vitamin E pada unggas
(ENCEPHALOMALACIA)
A. Pendahuluan
Vitamin E adalah vitamin yang mudah larut dalam
lemak. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan
biologis, menjaga struktur lipida dalam mitokondria terhadap kerusakan
oksidatif, berfungsi dalam reaksi-reaksi fosforilasi normal terutama
persenyawaan fosfat berenergi tinggi seperti fosfat keratin dan trifosfat
adenosine, dalam metabolism asam nukleat, dalam sintesis asam askorbat,
ubiquinon dan metabolism sulfur asam amino.
Defisiensi vitamin E yang dapat menyebabkan penyakit
klinis biasanya terjadi pada unggas muda yang dikandangkan. Defisensi vitamin E
pada unggas muda dapat menyebabkan distropsi otot pectoral, enchepalomalacia,
diatesis eksudatif. Sedangkan pada unggas dewasa tidak menunjukkan tanda klinis yang berarti. Namun,
akan berdampak pada berkurangnya daya tetas akibat dari defisiensi vitamin E.
Salah satu kasus yang sering terjadi akibat
defisiensi vitamin E pada unggas muda adalah enchepalomalacia. Enchepalomalacia
pada unggas muda dapat menyebabkan kerusakan pada sistem syaraf. Tanda – tanda klinis sudah muncul pada di
minggu – minggu pertama setelah menetas. enchepalomalacia biasa nya akan menyerang
unggas muda yaitu berumur 2 – 4 minggu, berlangsung 3 – 7 hari dan berakhir
dengan kematian.
B.
Definisi
Encephalomalacia (crazy chick desease) atau
pelunakan pada otak yaitu pada selubung myelin sel syaraf. Bagian otak yang
mengalami kerusakan paling parah, berurutan mulai dari cerebelum,korpus
striatum, medula oblongata, dan mesensefalon.
Encephalomalacia meliputi polimalacia yang merupakan
pelunakan yang terjadi pada lapisan abu – abu (subtansi grisea) dan
leucomalacia yang merupakan pelunakan yang terjadi pada subtansi putih
(subtansi alba).
C.
Penyebab
Diduga penyebab utama Encephalomalacia adalah
defisiensi nutrisi yaitu vitamin E dan Se. Selain itu bahan pakan yang banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh (tepung ikan dan minyak nabati) juga dapat
menjadi penyebab Encephalomalacia.
D.
Gejala
klinis
Gejala klinis Encephalomalacia adalah ataksia(kehilangan
keseimbangan dan kepala tertarik ke belakang), tremor, inkoordinasi,
tortikolis, paralisis, mati mendadak, lesio vaskularis sehingga menyebabkan edema,
dan hemoragi sepanjang cerebelum.
Edema mungkin akan tampak berwarna agak hijau kebiruan,
karena kerusakan hemoglobin sel darah merah. Jika edemanya meluas dan berkembang,
unggas muda tersebut akan mengalami kesulitan berjalan dan berdiri dengan
posisi kaki melebar.
E.
Patologi
anatomi
Perubahan patologi anatomi (PA) berupa pendarahan
pada otot yang disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah timus, ginjal, jaringan
otot, dan lambung. Piamater membesar karena rangsangan air dan memperlihatkan
pendarahan – pendarahan kecil di pembuluh darah. Pada otak akan mengalami udema
dan hemoragi yang di sertai dengan nekrose dan degenerasi syaraf.
F.
Diagnosa
Pemeriksaan mikroskopis lesi jaringan dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi kasus dugaan defisiensi vitamin E, terutama
untuk encephalomalacia dan diatesis eksudatif
G.
Diagnosa
banding
Encephalomalacia sangat mirip gejala nya dengan
penyakit unggas yang menyerang sistem syaraf yang lain, seperti Avian Encephalomyelitis
(AE), Newcastle Disease (ND) dan defisiensi vitamin B1. Yang membedakannya
adalah Avian Encephalomyelitis (AE) dan Newcastle
Disease (ND) penyebabnya adalah virus sedangkan defisiensi vitamin B1 akibat
dari kekurangan vitamin B1.
H.
Pencegahan
dan pengendalian
Jika kasus Encephalomalacia belum mencapai tingkat
yang sangat parah, maka dengan pemberian vitamin E dalam pakan dapat berhasil
mengobati Encephalomalacia. Namun kebanyakan kasus Encephalomalacia tidak
terlalu memberikan respon terhadap terapi vitamin E (tergantung kerusakan
cerebrum).
Encephalomalacia dapat dicegah dengan pemberian
vitamin E yang tepat dan teratur didalam pakan. Pemberian antioksidan sintetik
juga dapat mencegah Encephalomalacia.
By : drh.ires92
RADANG
0
RADANG
Radang merupakan reaksi lokal jaringan hidup
terhadap jejas dengan cara memobilisasi semua bentuk pertahanan tubuh berupa
reaksi vaskuler, neurologik, humeral dan seluler. Proses radang kalau kita
ibaratkan suatu negara yang mendapat invasi dari negara lain maka negara yang
mendapatkan invasi tersebut tidak mungkin akan tinggal diam, dia akan melawan
dengan mengirimkan segala kekuatan untuk melawan negara tersebut. Begitu kalau
kita ibaratkan proses radang yang terjadi di dalam tubuh mahluk hidup.
Penyebab Radang
Radang dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
- Sebab
mekanis, misalnya oleh benda-benda keras yang bisa menyebabkan luka memar
(benda tumpul), luka benda tajam (tertusuk duri).
- Sebab
physis, bisa bersifat alami, temperatur panas, dingin, nyala api, radiasi
(terbakar).
- Sebab
kimiawi (chemis), misalnya akibat rangsangan zat-zat kuat, basa-basa
kuat,obat-obat keras (kaustika), kalium permanganat, subhinat, atau
zat-zat kimia yang dapat mengiritasi seperti garam-garam.
- Sebab
yang ada hubungannya dengan alergi.
- Sebab
yang ditimbulkan karena pekerjaan mikroba (bakteri, jamur, parasit).
Tanda-Tanda Radang
Cara
mengenali suatu radang tidaklah sulit, cukup dengan mengenali tanda klinis
radang :
- Tumor
(kebengkakan), tanda-tanda bengkak terjadi hyperemia
kemudian eksudasi, odema akibat akumulasi leukosit dan froliperasi sel
jaringan. Kebengkakan yang terjadi di daerah yang longgar (daerah bibi,
palpebra) itu akan sangat jelas terlihat tetapi kalau dipijat kurang
terasa sakit. Dibandingkan kebengkakan itu terjadi pada jaringan yang
padat (di daerah kepala), bengkak yang terjadi biasanya kecil namun kalau
dipijat terasa sakit.
- Dolor (ada rasa
sakit), rasa sakit yang muncul karena
adanya kenaikan kepekaan pada jaringan setempat,bisa karena toksin (bakteri)
yng menekan ujung-ujung saraf sensible di daerah meradang atau bisa karena
tekanan jaringan yang meningkat akibat kebengkakan.
- Rubor (kemerahan), tanda-tanda kemerahan. Pada hewan
tanda-tanda ini tidak terlalu jelas terutama pada kulit yang berpiguran dan
berbulu lebat sehingga harus mendapat perhatian dalam mendiagnosanya.
Tetapi pada hewan kulit putih dan berbulu putih perubahan mudah diamati.
- Kalor (panas),
terjadinya kenaikan temperatur lokal pada tempat yang meradang akibat
terjadi kenaikan vaskularisasi (hyperemia). Dimana tempat yang mengalami
radang akan menjadi lebih panas dibandingkan tempat yang tidak meradang.
- Functiolesa,
gangguan fungsi terjadi pada tempat yang mengalami peradangan. Misalnya
radang yang terjadi pada usus (enteritis) akan berdampak diare (mencret)
yang bisa mengakibatkan dehidrasi (kehilangan cairan tubuh, kurus, dan
mengakibatkan gangguan umum pada hewan).
Reaksi-reaksi
(perubahan) jaringan yang terjadi selama proses radang :
- Terjadi
hyperemia pada tempat yang meradang akibat arteri kecil dan kapiler yang
mengalami dilatasi sehingga mengakibatkan peningkatan aliran darah, yang
seharusnya pembuluh-pembuluh darah yang kecil pada keadaan normal
berfungsi sebagai jalan atau pembawa darah menjadi penampung darah.
- Terjadi
stagnasi, pada daerah yang mengalami radang menjadi lebih merah sehingga
aliran darah menjadi lebih lambat atau pelan.
- Terjadi
exudasi, karena peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
menyebabkan keluarnya exudat dari dinding kapiler dan berpindah menuju jaringan
exudat (serum, leukosit, eritrosit, caeris lympe).
Resolusi dari suatu radang (akhir
dari suatu radang) :
- Stagnasi
(kemacetan) dari suatu peradangan berangsur-angsur akan berkurang.
- Peredaran
cairan akan berlangsung kembali.
- Sirkulasi
lympe akan kembali aktif.
- Fibris
yang timbul akibat proses peradangan berangsur-angsur akan segera hilang
karena proses dyfisti dari sel darah putih (leukosit).
Cara Mengolah Radang (Treatment
Radang)
Seperti diketahui karena radang
bukan merupakan suatu penyakit, melainkan hanya reaksi tubuh maka prinsip
treatment radang adalah :
- Mencari
dan menghilangkan penyebabnya (etiologinya)
- Berusaha
memperbaiki kembali sirkulasi darah maupun lympe. Cara ini bisa dibantu
dengan pemberian obat-obatan yang bisa menghangatkan (kataplasma), seperti
rubivaseline, balsam, rheumazon, atau dengan obat-obatan penghangat cairan
(uap air hangat) dan dengan metode balut priestnitz (logam) yang bersifat
analgesic.
- Mengadakan
proteksi (perlindungan) pada daerah yang meradang, karena di daerah
tersebut terjadi kenaikan kepekaan, misalnya pada kasus radang usus
(enteritis) diberikan pelapis usus (enterio astringensia), pada kasus
radang sendi perlindungannya dengan memberikan atau mengadakan proteksi
dengan fiksasi eksternal (mencegah gerakan dari sendi tersebut).
Pada
kasus-kasus setelah pembedahan (operasi) ada beberapa anti radang terutama anti
radang non steroid (NSAIDs = Non Steroid Anti Inflamatory Drugs) yang perlu
direkomendasikan karena disamping mempunyai efek pereda rasa sakit juga mempunyai
efek anti inflamasi dan kadang-kadang efek anti piretik, antara lain :
- Aspirin
(Acetylsaliculic Acid), sebagai obat analgesik, anti
inflamasi, dan anti piretik. Obat ini baik untuk menghilangkan rasa sakit
post operatif dan baik juga sebagai treatment penyakit thrombotik. Pada
anjing diberikan secara oral dengan dosis 30-60 mg/kg/hari dalam 2 atau 3
dosis. Sedangkan pada kucing secara oral diberikan dengan dosis 10-40
mg/kg/hari setiap 48 jam. Pada level rendah obat ini berfungsi sebagai
analgesik, sedangkan level tinggi berfungsi sebagai anti radang.
- Phenylbutazone,
obat ini lebih umum digunakan oleh para dokter hewan sebagai anti
inflamasi dan analgesik pada anjing. Obat ini juga mempunyai kerja yang
sama dengan aspirin yaitu menghambat enzim cyclooxygenase. Dapat diberikan
secara intra vena (IV), intra muskuler (IM), dan secara per-oral (PO).
Pada kuda dosisnya 4 gr/hari secara oral selama 3-4 hari. Sedangkan pada
anjing dosisnya 2-20 mg/kg/hari secara oral. Pada kucing diberikan dengan
dosis 10 mg/kg/hari per oral atau kalau diperlukan dosis bisa ditingkatkan
sampai 20 mg/kg/hari dalam jangka pendek.
- Meclofenamic Acid,
obat ini sangat potent sebagai anti radang dan analgesik untuk kasus
radang akut dan radang kronis, diberikan secara oral. Obat ini juga
merupakan obat pilihan kedua setelah phenylbutazone. Dosis yang diberikan
pada anjing adalah 1.1 mg/kg/hari dan pada kuda 2.2 mg/kg/hari dan
diberikan dalam makanan untuk 5-7 hari. Khusus untuk kuda pada pemakaian
harus dihentikan sebelum 8 hari.
- Flunixin,
obat ini relatif lebih baru sebagai anti radang dan analgesik oleh karena
potensinya empat kali dari phenylbutazone. Obat ini pertama kali digunakan
pada kuda dan sapi kemudian baru pada anjing. Obat ini juga sangat baik
digunakan untuk penanganan kolik. Obat ini juga bisa dikombinasikan dengan
antibiotik oxytetracycline untuk terapi penyakit respirasi dan mastitis
akut pada sapi. Pada sapi diberikan 2.2 mg/kg secara IV setiap 24 jam
selama 5 hari. Pada kuda diberikan 1.1 mg/kg secara IV, IM setiap 24 jam
selama 5 hari. Pada anjing diberikan 1.1 mg/kg secara IV, IM setiap 24
jam. Obat ini tidak direkomendasikan penggunaannya pada kucing.
- Naproxen,
obat ini juga berfungsi sebagai anti radang, analgesik, anti piretik pada
anjing dan kuda. Pada kuda diberikan dosis 10 mg/kg PO 2x1 untuk 14 hari. Pada anjing
diberikan dosis awal 5 mg/kg kemudian diturunkan menjadi 2 mg/kg setiap
hari PO. Obat ini juga tidak direkomendasikan pemberiannya pada kucing.
ABSES
Terjadi
proses pernanahan dan terkumpul dalam suatu tempat yang mempunyai batas
terbatas dan dibatasi oleh selaput pyogenik. Abses dapat terjadi di sembarang
tempat pada tubuh, jaringan dalam atau suferficial. Abses dapat dibedakan
menjadi beberapa macam yaitu :
- Abses dingin (cold
abses) dengan ciri-ciri dapat mengandung
kuman (bakteri pyogenes), tidak disertai rasa sakit dan tanda-tanda radang
yang berat.
- Abses steril,
Ciri-ciri abses adalah bebas kuman dan disertai rasa sakit yang sangat.
Kejadian abses ini lebih banyak oleh karena perlakuan manusia seperti
karena penyakit atau chloral hydrat. Pemberian glucones callicus 10 %
secara intra vena namun masuk ke jaringan sehingga mengiritasi dan
menyebabkan nekrosis jaringan. Pemberian infus glukosa 5 % yang salah,
yang seharusnya diberikan secara intra vena namun diberikan secara sub
kutan. Untuk terapi abses ini tanpa pemberian antibiotik cukup proses
pematanngan di percepat, pemberian antibiotik diperlukan setelah dilakukan
proses operasi (pembedahan).
- Abses pangkal atau
superfisial, abses pertumbuhannya menuju
kepermukaan dengan fase melarut dengan jaringan diatasnya.
Beberapa
gambaran utama terbentuknya abses adalah terjadi migrasi leukosit dengan inti
polymap dari kapiler menuju daerah yang banyak kuman, kemudian adanya gambaran
lisis dari elemen-elemen jaringan yang akan menghasilkan ruangan.
Metode
penanganan abses permukaan adalah :
- Menunggu
dan mempercepat menjadi matang atau masak dengan cara pemberi obat-obat
penghangat (kataplasma).
- Setelah
masak atau matang baru dilakukan incisi terutama untuk drainage
(mengeringkan) yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan exudat (nanah)
dibersihkan.
- Lakukan
pencucian hama dengan desinfektan.
- Pengobatan
luka dan melindungi luka dengan obat-obat yang membantu kesembuhan,
missalnya vitamin A untuk proses epithelisasi, diberikan anti radang
terutama anti radang non steroid.
By : drh.ires92
KEMAJIRAN PADA TERNAK BETINA
1
KEMAJIRAN PADA TERNAK BETINA
Pendahuluan
Produktivitas
suatu peternakan sangat tergantung pada manajemen/pengelolaan termasuk
pengelolaan dalam bidang reproduksi. Pengelolaan reproduksi yang baik akan
meningkatkan efisiensi reproduksi, tinggi rendahnya efisiensi reproduksi
ditentukan oleh 5 faktor yaitu :
·
Angka perkawinan per kebuntingan (service per conception)
·
Angka kebuntingan (conception rate)
·
Angka kelahiran (calving rate)
·
Tenggang waktu antar melahirkan (calving interval)
·
Tenggang waktu antara melahirkan sampai
bunting kembali (service period)
Gangguan proses
reproduksi (kemajiran) akan menyebabkan rendahnya efisiensi reproduksi sehingga
produktivitas peternakan rendah
Kemajiran
adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan proses reproduksi
yang disebabkan oleh satu atau banyak faktor yang dapat terjadi baik pada
ternak jantan maupun betina. Derajat kemajiran tergantung dari faktor penyebab
dan tingkat kesembuhan setelah penanganan. Infertilitas
adalah kemajiran derajat ringan yang sifatnya sementara dan masih dapat
disembuhkan setelah dilakukan penanganan. Sterilitas
adalah kemajiran yang bersifat permanen atau tidak dapat disembuhkan sehingga
proses reproduksi terhenti secara menyeluruh.
By : drh.ires92